Karena Milenial Ingin Dimengerti Di Kepri Melalui Hot Deals
Sepasang muda-mudi tampak berpindah dari
satu konter ke konter pedagang di sebuah mall yang terhubung langsung ke
Pelabuhan Ferry Internasional di Batam Centre, Batam, siang itu. Si wanita
tampak menyentuh beberapa gelang yang terpajang di atas etalase pedagang souvenir,
sementara si pria sedikit membungkuk untuk melihat jejeran cincin yang
dipamerkan di dalam etalase tersebut. Mereka berdua sama-sama mengenakan kos
oblong tipis dan celana pendek di atas lutut. Sesaat terdengar mereka
berdiskusi dengan menggunakan bahasa Inggris dengan logat Singapura.
Pasangan muda-mudi ini bukan hanya
mereka saja, setidaknya di sudut lain mall ini juga terlihat enam orang yang
sebaya dengan mereka berjalan perlahan sambil melihat-lihat isi etalase di
sekitar mereka. Masing-masing mereka memegang gelas minuman plastik dengan isi
berwarna-warni. Sepertinya mereka baru saja membelinya dari konter minuman teh
beraroma buah di belakang mereka, yang belum begitu jauh mereka tinggalkan.
Pemandangan seperti ini sudah tidak
asing lagi di Kota Batam, terutama di mall-mall yang tumbuh menjamur setelah
musim hujan. Ini adalah pemandangan di hari biasa, hari kerja bagi kebanyakan
kita di Indonesia. Jumlah mereka akan berkali-kali lipat lagi di akhir Minggu,
saat hari libur. Muda-mudi dari Singapura ini akan membanjiri Batam mulai dari
Jumat hingga Minggu sore saat mereka pulang kembali ke Negara mereka.
Inilah salah satu potret kaum milineal
yang mewakili gambaran rata-rata generasi milenial Asia atau mungkin dunia. Kaum
ini dideskripsikan oleh para peneliti sebagai kaum yang lahir di awal 1980-an
hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahiran mereka.
Karakteristik mereka berbeda berdasarkan
budaya, wilayah dan kondisi ekonomi, namun umumnya ditandai dengan peningkatan
penggunaan dan keakraban mereka dengan komunikasi, media dan teknologi digital.
Pengaruh mereka ditandai dengan peningkatan liberasi politik dan ekonomi,
meskipun tentang ini masih diperdebatkan di sebagaian besar belahan dunia,
Generasi milenial ini bila dilihat dari
sisi negatifnya merupakan pribadi yang pemalas, narsis, dan suka berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan
lainnya. Namun secara positif mereka merupakan pribadi yang terbuka, pendukung
kesetaraan, memiliki rasa percaya diri yang bagus, mampu mengekpresikan
perasaannya, pribadi liberal dan optimis, serta menerima ide-ide dan cara-cara
hidup.
Karena kedekatan mereka dengan teknologi
dan media, mereka dapat ditandai dengan prinsip “No Gadget No Life”. Sedikit-sedikit posting segala macam bentuk
kegiatan mereka, terlebih pada sesuatu yang baru mereka jumpai. Bagi mereka “Sharing is Cool”. Mereka selalu mencoba
sesuatu yang baru, pengalaman baru di luar lingkungan keseharian mereka. Karena
itu mereka lebih memilih pengalaman dari pada asset, jadi tidak heran jika
perjalanan atau bepergian adalah salah satu hobby mereka.
Generasi milineal ini juga ditandai
dengan sifat suka yang “Cepat dan Instan”. Sehingga untuk mengatur
perjalananpun mereka biasanya mau yang gampang. Apalagi jika bukan menggunakan
jasa operator tour and travel. Mereka
tidak mau bersusah payah mengatur pernak-pernik perjalanan dan destinasi mana
yang akan dituju. Serahkan saja semua dengan guide, kelar semua urusan!
Pengaruh
Crossborder Tourism Terhadap Milenial
Di akhir tahun 2018 yang lalu, Batam
sebagai salah satu kota yang berbatasan langsung dengan Singapura dan Malaysia
sudah sejak lama terlibat dalam crossborder
tourism. Peningkatan kunjungan wisman ke Provinsi Kepri, yang diwakili
salah satunya oleh Batam, memperlihatkan grafik yang cenderung terus bergerak naik.
Sebagai gambaran, di tahun 2010, wisman yang masuk ke Batam sebanyak 1.007.446
orang. Di 2015 sudah mencapai angka 1.443.955 orang, dan di tahun 2017 sudah
tercatat 1,6 juta wisman.
Lalu di tahun 2019, pemerintah pusat
menargetkan Batam dapat menyumbangkan kunjungan wisman ke Indonesia sebesar 1,8
juta orang, dan naik lagi di akhir tahun menjadi 2 juta orang. Setelah tutup
tahun, target 2 juta itupun sudah terlampaui.
Menpar Arief Yahya dalam paparannya
tentang program Hot Deals sebagai salah satu upaya peningkatan jumlah kunjungan
wisman ke Batam dan Bintan di Batam, Kamis (11/4) mengatakan,
dari jumlah 2 jutaan wisman yang masuk ke Batam di tahun 2018 lalu, sekitar 26%-nya
adalah milenial. Angka ini jika dikalkulasikan akan menjadi sekitar 260 ribu
milenial.
Pariwisata saat ini memang sebagai
penyumbang devisa terbesar kedua di Indonesia setelah Crude Palm Oil (CPO). Devisa
yang dihasilkan dari pariwisata ini sekitar 13,5 miliar USD di tahun 2017. Setahun
kemudian angka tersebut bergerak naik menjadi 17,6 miliar USD di tahun 2018. Jika
angka ini mampu menembus di atas 18 miliar USD di tahun 2019 ini, maka kita
tidak heran bahwa pariwisata akan sangat mungkin menjadi nomor satu dalam
menyumbang devisa bagi Indonesia.
Di sisi lain, Menpar Arief Yahya juga menjelaskan
optimisme-nya tentang mengapa pariwisata dapat menjadi urutan pertama
penyumbang devisa negara. Beliau menjelaskan bahwa CPO harganya fluktuatif,
kadang naik, dan bisa juga turun. Sedangkan pariwisata tidak, bahkan cenderung
naik setiap tahunnya.
Karena itu, Menpar Arief Yahya berani menargetkan
di 2019, milenial yang berkunjung ke Kepri akan naik jumlahnya 50%. Artinya, setiap
1 juta kunjungan wisman, 500 ribunya adalah kaum milenial.
Tentunya Menpar Arief Yahya sudah
berhitung dengan angka ini. Apalagi Batam-Bintan menunjukan progress yang menggembirakan
dengan program Hot Deals-nya di tahun 2018 yang lalu. Lebih dari 700 ribu paket
Hot Deals terjual dalam kurun waktu tersebut, padahal program tersebut
diluncurkan pada akhir semester. Melihat geliat program ini, Menpar sudah
menargetkan 1 juta Hot Deals terjual di tahun 2019.
Berfikir
Secara Milenial
Hot Deals yang terjual di Batam-Bintan
di tahun 2018 lalu cukup menggembirakan karena dapat dikatakan melebihi targetnya
yang ditetapkan sebanyak 500 ribu paket. Dari 700 ribu paket Hot Deals yang
terjual, tentu saja sebagiannya laku keras diborong oleh kaum milenial,
terutama Singaporean dan ekspatriat yang ada di Singapura.
Namun, jika Indonesia betul-betul serius
untuk menggarap pasar milenial, kita tentunya dapat mencapai target 50% wisman
milenial. Dari target wisman ke Kepri yang ditetapkan oleh pemerintah pusat
sebesar 4 juta wisman – ini 20% target total wisman Indonesia sebanyak 20 juta
di tahun 2019 – artinya milenial yang dibidik harus datang ke Batam-Bintan
adalah sebesar 2 juta wisman. Kerjasama tim pentahelix sangat diharapkan untuk
menggapai tujuan ini. Terutama bagaimana pemerintah daerah Batam-Bintan
menyusun suatu trik jitu yang dapat memacu pertumbuhan wisman milenial.
Jika pasarnya adalah milenial, berarti
kita juga harus berfikir secara milenial!
Menariknya, Kepri sendiri, terutama
Batam-Bintan belum memetakan secara detail asset-asset yang berhubungan dengan milenial
yang akan menjadi amunisi kota ini untuk membidik wisman milenial.
Treatment untuk mileneal tentunya
sedikit lebih unik untuk wisman kebanyakan. Untuk menjaring wisman mileneal
kita membutuhkan event mileneal, destinasi mileneal, dan promosi yang juga
milenealisme. Ada 114 event di dalam Calender Of Event (COE) Kota Batam dan 16
event di dalam COE list Bintan, dan
diantara jumlah tersebut, berapa event yang mileneal
friendly?
Dari sekian banyak destinasi wisata yang
tersebar di Batam dan Bintan, berapa banyak yang milenial grade? Jika event dan destinasi wisata di Batam-Bintan
saja kita belum mempunyai datanya yang cocok untuk milenial, pekerjaan kita
untuk mempromosikannya akan menjadi sangat complicated!
Untuk itu, sejalan dengan pemikiran
Menpar Arif Yahya, Dinas Pariwisata daerah harus menilik masalah ini lebih
intens. Solusinya mungkin dapat membuat suatu tim khusus dengan jumlah anggota
yang tidak terlalu gemuk, namun kapabilitasnya dalam pariwisata sudah teruji, untuk
mengumpulkan data-data ini secepatnya. Ingat, Menpar juga sudah menyinggung
masalah speed di dalam pengembangan
pariwisata. Jika lelet atau lambat, kita akan tertinggal. Target 2 juta wisnus milenial
di Batam-Bintan hanya tinggal harapan.
Tim khusus ini selain mendata secara detail
tentang destinasi dan event milenial di Batam-Bintan, nantinya juga dapat
membuat spec guideline tentang
klasifikasi destinasi dan event milenial. Mereka dapat menentukan grade seperti apa yang harus dipenuhi
guna mendapat milenial tourism lable.
Jika semua ini sudah terealisasi, tentunya memasarkannya melalui 13 titik Visit
Indonesia Tourism Officer (VITO) di pasar
yang kita bidik akan lebih mudah, terarah, dan terorganisir dengan baik.
Quarter pertama baru saja berakhir
dengan masuknya bulan April 2019. Batam-Bintan sudah kehilangan waktu tiga
bulan guna merumuskan formula tersebut. Mengejar ketertinggalan selama tiga
bulan belakangan, untuk merumuskan dan membentuk tim khusus, atau apapun bentuk
dan namanya bagi segmen milenial ini tidak dapat ditunda lagi. Slogan “Time is money” berlaku di sini.
Milenial
Tourism Dalam Tourism Hub
Jika
digabungkan antara Singaporean dan Non Singaporean yang saat ini berada di
Singapura, ada 24 juta orang yang sangat berpotensi sebagai pasar Pariwisata
Kepri, terlebih Kepri sudah didukung oleh akses yang baik dari Singapura ke
Batam atau Bintan. Wisman hanya butuh waktu 1 jam perjalanan laut untuk
mencapai Kepri dari Singapura. Secara geografis, Kepri diuntungkan dalam hal
ini.
Karena
geografis yang menguntungkan ini, wajar bila Singapura dijadikan transportation hub dan tourism hub bagi Kepri. Dijadikan transportation hub karena direct flight tidak
cukup seats capacity-nya. Karena itu
harus menggunakan transit ke Singapura, Malaysia dan Bangkok, sebelum terbang
ke Indonesia. Sedangkan secara tourism
hub, pasar nyata yang dekat dengan Kepri, Batam-Bintan adalah Singapura.
Singapura punya lebih dari 18 juta wisman setahun yang datang. Juga hampir 6
juta warga singapura. Dari sanalah wisatawan itu ditransfer ke Indonesia, Sekaligus
menggunakan konsep crossborder di
zona barat.
Saat ini ada 70 flight per minggu dari Singapura ke India. Ini artinya ada 10 flight per hari. Potensi wisman asal India
sangat besar dilihat dari data ini. Selain itu, kini wisman dari Tiongkok juga
mulai harus diperhitungkan. Sebagai contoh, di Bintan saat ini perharinya
tercatat sebanyak 500 orang wisman Tiongkok yang menjadi pelancong di pulau
ini.
Oleh karena itu, konsep Hot Deals
digabungkan dengan tourism hub sudah
tepat. Tinggal aplikasinya dilapangan yang kita pastikan berjalan dengan baik.
Paket Hot Deals menggarap wisman yang datang dari
Singapura dengan paket yang murah meriah di weekday.
Orang akan datang jika cost di bawah 100 SGD untuk berdua, untuk
melihat sesuatu yang baru, dengan penawaran perjalanan yang kompetitif.
Namun kembali, jika kita menyasar
milenial, tentunya paket Hot Deals yang disiapkan juga harus menarik bagi
milenial. Mereka perlu sesuatu yang baru yang sesuai dengan selera mereka. VITO
dapat menjembatani hal ini. Selain sebagai kantor pemasaran di luar negeri,
VITO dapat misalnya menyebarkan kuisioner secara online kepada milenial di sana
untuk mengetahui jenis ketertarikan wisata yang bagaimana yang dibutuhkan oleh
milenial. Hasilnya nanti dibikin dalam bentuk daftar ketertarikan yang lebih spesifik, misalnya
kuliner, konser, budaya, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil kuisioner inilah
nantinya Batam-Bintan dapat meng-create
event yang unik sesuai dengan selera milenial. Saat event tercipta, VITO akan
kembali ke korespondennya dalam bentuk promosi wisata.
Hal
ini sesuai dengan paparan Menpar Arief Yahya, kita terapkan dua pola sekaligus yang
dikerjakan secara parallel, yakni secara Online
dan Offline yang dilakukan untuk
menggarap Tourism Hub itu. Secara Online, Travel Agent di Singapore bekerja menggaet
wisman yang sudah berada di Singapura, seperti, Trip.Com, Xpedia.Com, dan
Booking.Com. Travel agent konvensional juga yang akan mengelola group dan
paket-paket wisata ke Kepri.
Jangan
dilupakan juga Johor yang berjarak 2 jam perjalanan dari Batam. Kita juga akan
terus mengembangkan Hot Deals di Johor. Program Hot Deals dari Johor ke
Batam-Bintan segera diberbesar dan diperbanyak paket-paket menariknya. Johor
juga berebut pasar wisman dari Singapura yang notabene juga merupakan sumber
aliran wisman kita. Apalagi dengan pengembangan kawasan pelancongan terpadu
Desaru Coast di Johor Tenggara yang sedang digesa oleh mereka. Mereka sedang
gencar memasarkan kawasan tersebut ke Singapura dan Indonesia.
Walaupun
Kota Batam sudah menyatakan siap untuk dibanjiri oleh wisman yang masuk dari
Singapura dengan gambaran bahwa para operator kapal penyeberangan sudah sepakat
untuk menambah jadwal penyeberangan rute Singapura-Batam, yang dari sebelumnya
105 kali mejadi 111 kali pulang pergi disetiap hari kerja pada lima terminal
ferry internasional di Batam. Bahkan operator ferry Dolphin juga menambah
jadwal penyeberangan untuk rute Malaysia-Batam di hari kerja. Jangan hanya
kapal atau jadwal penyeberangan saja yang ditambah, paket dan destinasi
milenial kitapun harus di upgrade
menyesuaikan selera milenial negeri jiran.
Pesan
dari penulis untuk masalah ini jelas, yakni target dari improvement destinasi dan
event mileneal ini adalah agar milenial yang datang ke Batam-Bintan untuk mendapatkan
suatu pengalaman yang berkesan atas kunjungan mereka, sehingga mereka melakukan
“Reorder” terhadap paket yang sama
atau paket yang sudah dimodifikasi, dengan membawa lebih banyak teman atau
sahabat mereka ke Batam-Bintan untuk merasakan pengalaman tersebut.
Dari
pemaparan ini dapat kita tarik suatu gambaran kesimpulan yang memerlukan tindakan
cepat dan lebih lanjut, diantaranya; Pertama, bentuk tim yang memetakan dan mengidentifikasi tentang
sumberdaya wisata milenial di Batam-Bintan atau Kepri. Kedua, cari informasi
tentang selera milenial di negeri tetangga melalui VITO. Ketiga, create event yang sesuai dengan selera
milenial berdasarkan informasi dari VITO. Keempat, modifikasi destinasi wisata
atau bikin destinasi baru sesuai dengan selera milenial, tentunya peran
masyarakat dan pengelola destinasi wisata diharapkan dalam hal ini. Kelima,
promosikan event dan destinasi milenial yang sudah ada tersebut melalui VITO
kembali.
Semua ini harus digesa secepat mungkin di semester pertama ini, jika perlu sebelum semester ini berakhir, semua sudah berjalan baik. Dengan demikian di semester kedua tahun 2019 ini kita sudah dapat melihat hasilnya, dan target 50% wisman milenial bukan hanya igauan semata di "Ruang Dansa" pariwisata Indonesia.
Semua ini harus digesa secepat mungkin di semester pertama ini, jika perlu sebelum semester ini berakhir, semua sudah berjalan baik. Dengan demikian di semester kedua tahun 2019 ini kita sudah dapat melihat hasilnya, dan target 50% wisman milenial bukan hanya igauan semata di "Ruang Dansa" pariwisata Indonesia.
“Indonesia dapat menjadi yang terbaik di
bidang industri pariwisata di Asia Tenggara” (Arief Yahya, Rapat Stakeholders
Program Hot Deals. Batam, Kamis 11 April 2019).(**)
Bambang Saputra@2019
Karena Milenial Ingin Dimengerti Di Kepri Melalui Hot Deals
Reviewed by bams nektar
on
April 14, 2019
Rating:

Post a Comment