Note Book Yang Tepat Akan Mendatangi Pendaki Yang Sudah Siap
Pendakian gunung selalu menyisakan cerita suka dan
duka di sepanjang jalurnya. Teman-teman pendaki pasti paham akan hal ini.
Bahkan sebelum masuk ke dalam trek
pendakian-pun kisah manis dan pahit tersebut mungkin saja sudah dimulai. Aku
pernah punya teman yang tiket pesawatnya hangus gegara terlambat beberapa menit
untuk datang ke airport dan terpaksa
harus reissued tiket lagi karena teman seperjalanannya sudah menunggu di airport tujuan. Ada lagi teman peman
pendaki yang harus bersedih hati membatalkan pendakiannya, karena dalam
perjalanannya menggunakan motor roda dua, dompetnya sempat tercecer di jalan.
Duit dan surat-surat penting lainnya ikutan raib. Yang paling berharga di
dompet katanya hanya sebuah foto mantan yang sudah lebih dulu naik pelaminan
dengan orang lain, katanya. Hiks… Jadi ikutan sedih. Siapa yang mau meneruskan
pendakian dengan tingkat kegalauan seperti itu coba?
Tidak
semuanya cerita duka, ada cerita seru juga saat sahabat pendaki mendapat
kenalan baru, dan ada yang sampe nyambung mendaki ke pelaminan. Asik, bukan?
Yang banyak saat ini adalah, sahabat pendaki yang menyebarkan meme, satu foto
babi di bagian atas dengan caption “Dulu banyak makhluk ini di gunung yang
mengobrak-abrik tenda kami”. Satu foto cewek pendaki manis menyandang carrier
di bagian bawah foto babi, dengan caption, “Kini banyak makhluk ini di gunung
yang mengobrak-abrik hati kami.” Halah…
Nah,
di ASUS ZenBook tersedia solusinya. Sekali colok udah bisa on terus sampe 12 jam. Lama banget… Top cer, deh.
Itu masih cerita galau menuju Pintu Rimba, tempat
dimana awal pendakian di mulai. Jangan tanya suka dan duka setelah langkah kaki
pertama menapak melewati “garis” antara hidup dan mati itu. Banyak..!
Seorang sahabat pendaki curhat, bahwa dia pernah
ketemu pocong di pos 2 Gunung Rinjani via Senaru. Ih, Horor… Sahabat lainnya
juga pernah cerita telah menolong seorang pendaki yang terluka karena terkena
reruntuhan bebatuan di jalur cadas Gunung Semeru. Beberapa sahabat pendaki juga
pernah cerita ke aku tentang bagaimana tenda mereka “digeledah” oleh kawanan
monyet, beberapa lainnya malah tendanya diobrak-abrik oleh gerombolan babi
hutan.
Kk Katerina dan Kk Anjas Maradita dalam bincang
santainya di Batam.
Foto by: Yulia Marza.
Layar jajaran ZenBook
Classic terbaru mengusung resolusi Full HD (1920x1080 pixel) dengan tingkat
reproduksi warna tinggi, yaitu mencapai 100% dalam color space sRGB.
Foto: channel.asus.com
Aku sendiri juga punya banyak cerita suka dan duka
dunk selama menggeluti dunia pendakian gunung. Pengalaman sukanya? Salah satunya
yaitu cerita yang di atas tadi. Ngajak pendaki cewek mendaki sampe ke puncak
pelaminan, hingga melahirkan generasi-generasi pendaki tangguh baru di rumah.
Cerita dukanya juga banyak, kok. Salah satunya adalah, di tahun 2015 yang lalu,
dalam salah satu kesempatan pendakian ke Gunung Kerinci (3.805 mdpl) aku sempat
membawa notebook di dalam carrier-ku.
Bukan karena mau pamer, tapi saat itu ada salah satu klien perusahaanku yang
sedang melaksanakan audit ISO 22000. Sewaktu-waktu mereka bisa minta dokumen yang
dibutuhkan untuk kelengkapan audit mereka. Jadi aku juga harus bersiap-siap,
siapa tahu mereka minta dokumen ini-itu yang dibutuhkan oleh auditor.
Banyaknya data dan dokumen yang diperlukan untuk
audit oleh klien ini tidak dapat aku simpan di handphone, karena space penyimpanan di handphone-pun
terbatas, sedangkan data-data tersebut ukurannya juga rata-rata besar. Jadilah
aku putuskan membawa notebook-ku sekalian dalam pendakian ke Gunung Kerinci
ini. Toh, di Gunung Kerinci saat ini sudah ter-cover oleh sinyal seluler, jadi dokumen yang dibutuhkan oleh klien
dapat diemail dengan bantuan hotspot pada handphone yang dikoneksikan ke note book.
Setelah beristirahat sejenak di Shelter 2 Gunung
Kerinci, aku dan beberapa sahabat pendakipun melanjutkan perjalanan ke Shelter
3. Medan yang licin dengan tebing-tebing kecil yang terbentuk karena arus
aliran air hujan mengharuskan kami untuk ekstra hati-hati. Akar-akar pohon
cantigi menjadi satu-satu penolong bagi badan agar dapat beranjak naik ke meter
yang lebih tinggi lagi dari permukaan laut. Hingga pada satu tebing tanah yang
licin, aku terpeleset dan meluncur turun terjerembab dengan bagian punggung
carrier menghantam tanah. Saat itu sakitnya gak seberapa, sih. Tapi malunya
minta ampun.
Jajaran ZenBook
Classic terbaru ini menjadi memiliki rongga ekstra di bawah bodinya ketika
digunakan. Rongga ekstra tersebut membuat sirkulasi udara semakin lancar
sehingga suhu komponen menjadi lebih terjaga.
Foto: channel.asus.com
Dengan NanoEdge Display,
jajaran ZenBook Classic terbaru yaitu UX333, UX433, dan UX533 memiliki bodi
yang lebih ringkas dibandingkan dengan laptop sekelasnya saat ini.
Foto: channel.asus.com
Mungkin karena efek jatuh ini, saat kami sudah
berada di Shelter 3 Gunung Kerinci, dan ternyata benar ada sms masuk ke
handphone-ku dari klien yang sedang audit minta satu dokumen yang dibutuhkan,
ketika note book yang aku bawa dihidupkan, semua layarnya jadi blank warna hitam. Duh, jadi galau
tingkat dewa.
Kasus ini menjadi pelajaran buatku hingga kini.
Bahwa, sama dengan gear mendaki
gunung, “gear” elektronik yang kita
bawa ke gunungpun juga harus yang prima. Istilah gaul zaman sekarang, jangan
bawa gear yang kaleng-kaleng ke
gunung, atau kamu bakalan sedeng!
Sampai
di 2019 ini aku masih berharap menemukan gear
notebook yang mampuni, notebook yang tidak manja, yang bisa menjadi “teman
dalam situasi sulit”, yang dapat menjadi andalan dalam masa-masa penuh tekanan.
Simple-nya aku punya istilah sendiri untuk hal ini. Aku butuh notebook dengan
kategori “Spesialisasi di atas 3.000 mdpl”.
ASUS juga menyertakan
jajaran ZenBook Classic terbaru dengan teknologi ErgoLift Design. Teknologi ini
membuat bodi tiga ZenBook Classic terbaru menjadi terangkat dan membentuk sudut
3 derajat. Posisi tersebut membuat jajaran ZenBook Classic terbaru kali ini
semakin ergonomis dan nyaman untuk mengetik.
Foto: channel.asus.com
Sahabat Blogger Kepri yang aku culik buat jadi
model ASUS ZenBook.
Dalam persfektif aku pribadi, aku tidak terlalu
menuntut banyak spesifikasi dalam memilih notebook yang aku butuhkan. Aku hanya
punya empat syarat mutlak bagi notebook yang aku butuhkan. Sudah seperti nyari
pasangan hidup ajah yah.
Empat syarat “hidup bersama” aku itu, yang pertama,
dia harus tahan banting, harus kuat, kebentur sana sini masih tegar, gak manja.
Kebayang khan, hobby aku naik gunung dan kebanyakan berada di alam bebas, so
pasti akan banyak rintangan dan tekanan. Pergerakan aku yang lumayan tinggi
bakalan menyeret-nyeret gear teman
hidupku ke kancah outdoor activity
yang liar.
Yang kedua, dia harus punya body yang ramping, *wink – kerdip mata kanan – dengan ukuran gak
terlalu besar dan ringkas, jadi dapat diselipkan ke dalam backpack atau carrier.
Kecuali jika mencari istri, body-nya
gak perlu ramping, semok bahenol lebih oke, yang penting dia setia. (Kalimat
“Kecuali mencari istri, dst… aku tambahkan, karena ada istri di samping aku
saat menulis paragraph ini, biar dia senang) Ramping biasanya juga ringan, jadi
gak menambah beban selama travelling.
Tahu sendiri zaman gini, harga tiket untuk keluyuran sudah naik gak
karuan, dan kelebihan bagasi konsekwensinya tambah kena biaya tambahan. Kesel… Maaf, jadi curhat di sini
mewakili sobat-sobat travelling blogger
se-Indonesia Raya. Intinya, pendaki zaman kini harus beralih ke ultra light backpacking. Semua gear dari
ujung rambut sampe ujung kaki harus dikonversi ke standar ultra light. Seringkas yang kamu bisa bawa. Lebih kecil lebih baik.
Bawaan akan semakin ringan dan gak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk
kelebihan bagasi pesawat. Termasuk salah satunya, yaitu notebook. Nah, sampe di
sini paham bukan, kenapa ASUS ZenBook masuk ke dalam empat kriteria utama aku?
Syarat ketiga, prosesor dan RAM-nya harus oke
punya, aku gak suka yang lelet dalam Bumi yang berputar 1.770 km/ jam ini.
Dalam bisnis mungkin saja kamu kenal “Time
is Money”. Namun dalam duniaku, kaum highlander
yang suka berada di tempat-tempat tertinggi di Bumi ini, kami hanya kenal “Time is Speedy”. Sekali kamu lambat
mencapai puncak, kamu akan mengeluarkan biaya lebih dan waktu tambahan yang
tidak perlu untuk mengulang pendakian menuju puncak di hari lainnya. Kebayang
jika domisilimu jauh dengan biaya yang besar untuk menjalankan suatu ekspedisi
pendakian. Untuk itu gear yang
digunakanpun harus handal guna mencapai tujuan.
Dengan prosesor Intel Core i5 8265U Quad Core Processor (6M Cache, up to 3.4GHz) atau Intel
Core i7 8565UQuad Core Processor (8M Cache, up to 4.6GHz) yang tersemat di ASUS ZenBook, bagiku itu sudah
sangat mewah. Sudah lebih dari cukup buat kebut-kebutan di jalur maya dan
mendukung pergerakan bisnis dimanapun aku berada.
Yang terakhir syarat keempat, salah satu syarat
yang menentukan. Ya, tahan lama… Pendaki mana yang tidak suka syarat keempat
ini? Semua pendaki pasti suka. Di dunia kami dikenal dengan sebutan "endurance".
Dalam satu ekspedisi pendakian normal di gunung terdekat di belakang dapur
rumah saja, aku bisa menghabiskan waktu empat hari. Tempo hari aku malah
menghabiskan waktu dua minggu untuk ekpedisi pendakian ke Bukit Raya (2.278
mdpl), Kalimantan. Jika notebook yang aku bawa daya hidupnya “kecengan”, alamat
akan survival-lah aku di dalam rimba Borneo sana. Ujung-ujungnya butuh evakuasi
khusus untuk menambah daya notebook ini. Ekspedisi bisa kacau!
Harapan itu akhirnya terpenuhi di tahun 2019 ini.
Dimulai saat ada undangan di grup Blogger Kepri untuk mengikuti gathering bersama ASUS Indonesia, salah satu brand
elektronik terkemuka di dunia, pada
Sabtu, 30 Maret 2019 kemarin. Di Batam, gathering bersama ASUS ini menghadirkan
salah satu travel blogger kondang, kakak Katerina pemilik travelerien.com , dan
kakak Anjas Maradita, seorang youtuber keceh,. Ketika aku lihat tanggalnya,
gathering ini diadakan di Batam pada tanggal yang kebetulan aku juga dapat
menghadirinya. Lumayan, bisa kumpul-kumpul bareng sahabat-sahabat Blogger
Kepri. Lagian juga sudah lama gak jumpa ngobrol bareng sama mereka, apalagi
anggota-anggota barunya juga mulai banyak dan gak semua aku kenal. Bisa nambah
kenalan di event ini, nih.
Nah, pada sesi ngomongin tentang notebook di gathering ASUS Indonesia ini, ternyata
aku baru tahu bahwa ASUS telah menghadirkan notebook tipe
ZenBook tipis dan paling ringkas di kelasnya. Ternyata selama ini kopi aku
kurang kental, lambat dalam menerima informasi sepenting ini. Aku juga baru
tahu bahwa ASUS ZenBook memiliki segmen 13 inci, 14 inci dan 15 inci, serta
sudah diperkuat prosesor terbaru Intel Core generasi ke-8, baik Core i5 ataupun
Core i7 pada kesempatan ini.
Pada dasarnya, notebook
besutan ASUS ini punya spek seperti table di bawah ini.
Main
Spec.
|
ASUS ZenBook 13 UX333, ZenBook 14
UX433, ZenBook 15 UX533
|
CPU
|
Intel Core i5 8265U Quad Core Processor (6M Cache, up to 3.4GHz)
Intel
Core i7 8565UQuad Core Processor (8M Cache, up to 4.6GHz)
|
Operating System
|
Windows 10
Home
|
Memory
|
Up to 16GB
LPDDR3 RAM
|
Storage
|
512GB M.2 NVMe PCIe SSD
|
Display
|
13,3” (16:9) FHD
(1920x1080) with NanoEdge Display (UX333)
14” (16:9) FHD
(1920x1080) with NanoEdge Display (UX433)
15,6” (16:9) FHD
(1920x1080) with NanoEdge Display (UX533)
|
Graphics
|
Discrete
graphics NVIDIA
GeForce GTX 1050 Max-Q
(UX533)
Discrete
graphics NVIDIA
GeForce MX150
(UX333 & UX433)
Integrated
Intel UHD Graphics 620
|
Input/Output
|
1 x USB3.1 Type-C (GEN2), 1x USB 3.1 Type-A (Gen 2), 1x USB 3.1 Type-A (Gen 1), 1 x HDMI, 1 x
Microphone-in/Headphone-out jack, 1 x MicroSD Card Reader
|
Camera
|
HD IR/RGB Combo Camera
|
Connectivity
|
Dual-band 802.11ac
gigabit-class Wi-Fi, Bluetooth 5.0
|
Audio
|
Harman Kardon certified audio system with ASUS
SonicMaster surround-sound technology, Array microphone with Cortana
voice-recognition support
|
Battery
|
50WHrs 3-cell battery (UX333 & UX433)
73WHrs 4-cell battery (UX533)
|
Dimension
|
(WxDxH) 302 x 189 x 16,9 mm (UX333)
(WxDxH) 319 x 199 x 15,9 mm (UX433)
(WxDxH) 354 x 220 x 17,9 mm(UX533)
|
Weight
|
1,19Kg with
Battery (UX333 & UX433)
1,67Kg with Battery
(UX533)
|
Colors
|
Royal Blue, Icicle Silver, Burgundy Red
|
Price
|
|
Warranty
|
2
tahun garansi global
|
Namun kembali lagi, spek di table atas tidak
terlalu berpengaruh kepadaku. Aku tetap mengikuti naluri spek pribadi aku yang empat di atas, yakni Kuat, Ringkas dan Cepat, serta Tahan Lama. Ringkas, Cepat dan Tahan Lama sudah terpenuhi
oleh daftar table spek di atas. Namun pada kesempatan gathering ini aku juga mendapat pencerahan, bahwa ASUS ZenBook ini
ternyata juga memiliki standar militer atau yang lebih dikenal dengan military grade.
ASUS menghadirkan
full-size backlit keyboard yang menghadirkan pengalaman mengetik lebih nyaman
dari sebelumnya. Menggunakan key travel sejauh 1,4 milimeter, setiap tombol
pada jajaran laptop ZenBook Classic terbaru terasa sangat nyaman ketika
ditekan.
Foto: channel.asus.com
Dari penelusuranku
lebih lanjut, ASUS ZenBook ini ternyata memiliki bodi yang kokoh dan telah mengantongi
sertifikasi standar militer MIL-STD-810G, semua lini terbaru ZenBook ini lolos
berbagai pengujian ekstrem mulai dari uji ketinggian, uji suhu dan kelembapan,
hingga uji banting dan getaran.
Wah, tentu saja aku
merasa surprise banget dengan informasi ini, spesifikasi pribadiku untuk note
book dengan kategori “Spesialisasi di atas 3.000 mdpl” dapat aku jumpai
di ASUS ZenBook ini, setelah pencarian selama kurun waktu empat tahun.
Mungkin ada betulnya apa yang dikatakan sahabat pendaki, “Note Book yang tepat akan mendatangi pendaki yang sudah siap”. Dan aku kini sudah siap untuk meminang ASUS ZenBook.(**)
Mungkin ada betulnya apa yang dikatakan sahabat pendaki, “Note Book yang tepat akan mendatangi pendaki yang sudah siap”. Dan aku kini sudah siap untuk meminang ASUS ZenBook.(**)
Bams@2019
Note Book Yang Tepat Akan Mendatangi Pendaki Yang Sudah Siap
Reviewed by bams nektar
on
April 02, 2019
Rating:

Dan aku kini sudah siap untuk meminang ASUS ZenBook. jangan lupa siapkan maharnya mas...dan kami siap menyambut dengan tarian sekapur sirihnya..heheh
ReplyDeleteNabung buat siapin maharnya, yang jelas sesuailah dengan kualitasnya. Ada rupa, ada harga... Hihihi
DeleteWaaahh...dari pendakian hingga mendaki ke pelaminan. Sekarang siap2 meminang ASUS zenbook terbaru. Jangan..jangan..mamanya anak-anak dulu "diculik" dari pendakian juga. Hehe
ReplyDeleteHehehe, betul sakali kakak. "Orang rumah" dapatnya saat pendakian ke Gunung Talang, di Sumbar
DeleteKERENNNNN...jadi kakak di rumah terpinang di pendakian mas Bams? Lalu kapan meminang laptop ASUS ZenBook ini mas? Persyaratannya memenuhi banget deh. Wkwkwk
ReplyDeletePersyaratannya speknya emank memenuhi chay, persyaratan koceknya yang belum penuh hohoho
Deleteoooom baaamsssss ,,, kok keren tulisannya huhuhuh
ReplyDeleteWah gak kebayang beratnya naik gunung sambil bawa laptop, untung sekarang sudah ada asus
ReplyDeleteAiih...semoga laptop impian segera hadir di pelukan ya mas :D
ReplyDeletelaptop ini bukan cuma untuk pendaki, tapi untuk pengopi berselera tinggi
ReplyDeleteAduh ga kuat jadi pendaki, saya kuatnya makan om....ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜. Sambil nulis paket Asus yang ringan, biar badanku aja yang berat!!!
ReplyDeletengebayangin kalau ndaki bawa laptop berat bebannya tuh di pundak
ReplyDelete